2013/01/27

Perjalanan


Perjalanan






               Terkadang aku memikirkan jalan pencarian jati diriku tak ubahnya seperti bermain di labirin, selalu memikirkan tindakan yang akan dilakukan. Tapi aku ambil perumpamaan diriku ini seperti air, air yang bersih, suci, yang tak pernah senoda pun mengotorinya. Ketika aku bermain dengan minyak, aku harus tau bahwa kita takkan pernah bisa menyatu. Tapi ketika aku bermain dengan tinta, aku harus menerima bahwa diriku akan ternoda seluruhnya dan bila aku bermain dengan pasir aku akan menjadi kotor seperti lumpur.
                Kenyataan ketika berkelana telah membuatku menyadarkan akan sesuatu, bahwa semuanya telah ada yang mengatur sedemikian. Cerita ini mungkin sama seperti diriku saat ini ..

                Alkisah, seorang anak muda pergi mencari kayu paling bagus untuk dijadikan tongkat. Pemuda itu menginginkan tongkat yang indah, kuat, alami, dan tentu aja awet.
                Setelah berjalan sekitar beberapa jarak di dalam hutan, pemuda itu menemukan sebilah kayu yang tergeletak. Mungkin kayu bakar yang terjatuh dari pemiliknya sebab bentuknya sudah menyerupai tongkat dan tidak perlu banyak dipoles lagi. Pemuda itu kemudian mengambilnya dan memeriksanya beberapa saat. Timbul keinginan dalam hatinya untuk membawanya pulang. Akan tetapi, ketika hendak membalikkan badan, pemuda itu teringat bahwa dia belum masuk ke dalam hutan sepenuhnya, seperempat pun belum. “kayu yang lebih bagus dari ini, tentu masih banyak di dalam hutan sana,” begitu pikirnya.
                Pemuda itu pun segera meletakkan kembali kayu yang tadi diperhatikannya dan segera melanjutkan perjalanan jauh ke dalam hutan.
                Setelah berjalan beberapa saat, ia kembali menemukan sebuah kayu lagi. Kali ini lebih bagus, warnanya mengilap. “pasti awet,” pikirnya. Kemudian, ia berdiri dan mengukur kayu itu, ternyata, kayu itu nggak cukup panjang buat dijadikan tongkat. “bagus..., tapi sayang terlalu pendek,” katanya berbisik. Lagi lagi, kau itu pun ditinggalkannya begitu aja. Sambil berharap menemukan kayu yang lebih bagus, pemuda itu pun melanjutkan perjalanan lebih jauh ke dalam hutan.
                Kejadian yang serupa dialaminya lagi. Ia menemukan ranting kayu yang lain, lagi dan lagi dan lagi. Tetapi, pemuda itu nggak pernah benar-benar mengambilnya karena belum sesuai dengan apa yang diinginkannya. Selalu aja ada kekurangan dari setiap kayu yang ditemukannya.
                Sampe pada akhirnya, ia berada di ujung hutan dan nggak menemukan lagi satu  pun potongan kayu. Akhirnya, nggak ada satu batang pun yang dibawanya pulang karena ketika dalam perjalanan kembali, kayu kayu yang tadu dibiarkan itu udah hilang entah kemana, mungkin diambil orang untuk kayu bakar atau yang lainnya.

                Pikiran tentang pertanyaan bodoh berkecamuk dalam setiap tindakan bodoh yang telah kulakukan. Diri ini hanya ingin sesuatu ketika dalam pencarian jati diri ingin menjadi diri yang sempurna namun sering penyesalan datang pada akhirnya. Aku hanya ingin menjadi pribadi yang sederhana. Karena ketika aku mencari jati diri hanya ingin berjalan beriringan bukan di giring. Karena dalam pencarian jati diri kita bagaikan menulis kertas kahidupan, apapun yang kita tulis akan sesuai dengan tujuan pencarian jati diri.



                08.06.2012 ketika sebuah dalam perjalan menemukan bahwa semuanya yang tersembunyi akan terungkap secara perlahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar