Perjalanan
Terkadang aku memikirkan jalan pencarian jati diriku tak
ubahnya seperti bermain di labirin, selalu memikirkan tindakan yang akan
dilakukan. Tapi aku ambil perumpamaan diriku ini seperti air, air yang bersih,
suci, yang tak pernah senoda pun mengotorinya. Ketika aku bermain dengan
minyak, aku harus tau bahwa kita takkan pernah bisa menyatu. Tapi ketika aku
bermain dengan tinta, aku harus menerima bahwa diriku akan ternoda seluruhnya
dan bila aku bermain dengan pasir aku akan menjadi kotor seperti lumpur.
Kenyataan
ketika berkelana telah membuatku menyadarkan akan sesuatu, bahwa semuanya telah
ada yang mengatur sedemikian. Cerita ini mungkin sama seperti diriku saat ini
..
Alkisah, seorang anak muda pergi mencari
kayu paling bagus untuk dijadikan tongkat. Pemuda itu menginginkan tongkat yang
indah, kuat, alami, dan tentu aja awet.
Setelah berjalan sekitar
beberapa jarak di dalam hutan, pemuda itu menemukan sebilah kayu yang
tergeletak. Mungkin kayu bakar yang terjatuh dari pemiliknya sebab bentuknya
sudah menyerupai tongkat dan tidak perlu banyak dipoles lagi. Pemuda itu
kemudian mengambilnya dan memeriksanya beberapa saat. Timbul keinginan dalam
hatinya untuk membawanya pulang. Akan tetapi, ketika hendak membalikkan badan,
pemuda itu teringat bahwa dia belum masuk ke dalam hutan sepenuhnya, seperempat
pun belum. “kayu yang lebih bagus dari ini, tentu masih banyak di dalam hutan
sana,” begitu pikirnya.
Pemuda itu pun segera meletakkan
kembali kayu yang tadi diperhatikannya dan segera melanjutkan perjalanan jauh
ke dalam hutan.
Setelah berjalan beberapa saat,
ia kembali menemukan sebuah kayu lagi. Kali ini lebih bagus, warnanya mengilap.
“pasti awet,” pikirnya. Kemudian, ia berdiri dan mengukur kayu itu, ternyata,
kayu itu nggak cukup panjang buat dijadikan tongkat. “bagus..., tapi sayang
terlalu pendek,” katanya berbisik. Lagi lagi, kau itu pun ditinggalkannya
begitu aja. Sambil berharap menemukan kayu yang lebih bagus, pemuda itu pun
melanjutkan perjalanan lebih jauh ke dalam hutan.
Kejadian yang serupa dialaminya
lagi. Ia menemukan ranting kayu yang lain, lagi dan lagi dan lagi. Tetapi,
pemuda itu nggak pernah benar-benar mengambilnya karena belum sesuai dengan apa
yang diinginkannya. Selalu aja ada kekurangan dari setiap kayu yang ditemukannya.
Sampe pada akhirnya, ia berada
di ujung hutan dan nggak menemukan lagi satu
pun potongan kayu. Akhirnya, nggak ada satu batang pun yang dibawanya
pulang karena ketika dalam perjalanan kembali, kayu kayu yang tadu dibiarkan
itu udah hilang entah kemana, mungkin diambil orang untuk kayu bakar atau yang
lainnya.
Pikiran
tentang pertanyaan bodoh berkecamuk dalam setiap tindakan bodoh yang telah
kulakukan. Diri ini hanya ingin sesuatu ketika dalam pencarian jati diri ingin
menjadi diri yang sempurna namun sering penyesalan datang pada akhirnya. Aku
hanya ingin menjadi pribadi yang sederhana. Karena ketika aku mencari jati diri
hanya ingin berjalan beriringan bukan di giring. Karena dalam pencarian jati
diri kita bagaikan menulis kertas kahidupan, apapun yang kita tulis akan sesuai
dengan tujuan pencarian jati diri.
08.06.2012 ketika sebuah dalam
perjalan menemukan bahwa semuanya yang tersembunyi akan terungkap secara
perlahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar